Peran Positivisme dalam Membentuk Ilmu Pengetahuan Modern dan Sosiologi

Khoirun Nikmah

1.      PENDAHULUAN

Filsafar modern berawal dari peristiwa Renaissance di Eropa. Kemudian muncul lah filsafat filsafat modern mulai abad ke 17 seperti Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes, Blaise Pascal dan Baruch Spinoza. Empirisme dengan tokohnya Thomas Hobbes, John Locke. Filsafat di Jerman filsufnya G.W Leibniz dan Cristian Wolff. Pada abad ke 18 muncul zaman pencerahan atau Aufklarung di Ingris,Perancis dan di Jerman. Pada abad ke 19 muncul Idealisme di Jerman dengan filsufnya J.C  Fichte, Schelling, hegel, Arthut Schopenhauer. Positivisme dengan filsufnya August Comte, John Stuart Mill dan Herbert Spencer. Materialisme dengan filsufnya Ludwig Feuerbach, Karl Marx, Soren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche.

Pada abad ke 20 muncul beberapa filsafat baru yakni Pragmatisme dengan tohohnya William James dan John dewey. Filsafat hidup dan Eksistensialisme. Dalam makalah ini akan dibahas tentang positivisme yang berkembang  abad ke 19 dengan ke tiga tokoh yang terkenal. Dalam filsafat Positivisme melahirkan cabang ilmu pengetahuan baru yakni Sosiologi yang dekat dengan ilmu sejarah.

PERMASALAHAN

  1. Apa itu Positivisme??
  2. siapa saja tokoh Positivisme dan bagaimana pemikirannya?
  3. Apa saja kelebihan dan kekurangan Positivisme dalam Ilmu pengetahuan?

2.      POSITIVISME

            Pada abad ke 19 timbullah filsafat yang disebut Positifisme, yang diturunkan dari kata “Positif”. Filsafat ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu metafisik ditolak.[1]  Titik tolak pemikirannya apa yang telah diketahui adalah faktual dan yang positif sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman pengalaman objektif. Jadi setelah fakta diperolah,, fakta tersebut kita atur dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan. [2]

Apa yang kita ketahui secara positif adalah segala yang tampak, segala gejala. Demikianlah positifisme membatasi filsafat dan ilmu pengetahuan kepada gejala gejala saja. Apa yang dapat kita lakukan ialah: segala fakta, yang menyajiakn diri kepada kita sebagai penampakan atau gejala, kita terima seperti apa adanya. Sesudah itu kita berusaha mengatur fakta fakta tadi menurut hukum tertentu , akhirnya dengan berpangkal dengan hukum hukum yang telah ditemukan tadi kita mencoba melihat ke masa depan, ke apa yang tampak segala gejala dan menyesuaikan diri dengannya. Arti segala ilmu pengetahuan ialah: mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Jadi kita hanya dapat menyatakan atau mengkonstatir fakta faktanya, dan menyelidiki hubungan hubungannya yang satu dengan yang lain. Maka tiada gunanya untuk menanyakan kepada hakekaktnya atau kepada sebab sebab yang sebenarnya dari gejala gejala itu. Yang harus diusahakan orang ialah menentukan syarat syarat dimana  fakta fakta tertentu tampildan menghubungkan fakta fakta itu menurut persamaannya dan urutannya. Hubungan yang tetap yang tampak dalam persamaan itu disebut  “pengertian” sedangkan hubungan hubungan tetap yang tampak pada urutannya disebut hukum-hukum.

            Kesamaan positivisme dengan empirisme seperti yang timbul di Inggris, terdapat didalam hal ini, bahwa keduanya pengutamakan pengalaman. Perbedaannya terletak disini, bahwa positifisme hanya membatasi diri dari pengalaman pengalaman objektif. Tetapi empirisme menerima juga pengalaman pengalaman batiniah atau pengalaman pengalaman yang subjektifitas.

  • TOKOH POSITIVISME
  1. August Comte (1798-1857)

Dilahirkan di Montpelllier pada tahun 1798 dari keluarga pegawai negri beragama Katolik. Karyanya yang pokok, yang sistematik adalah Cours de philosophie positive atau “kursus tentang Filsafat Positif” (1830-1842) yang diterbitkan dalam 6 jilid.

Menurut Comte, perkembangan pemikiranmanusia berlangsung dalam 3 tahap atau 3 zaman yaitu teologis, zaman metafisis dan zaman zaman ilmiah atau zaman positif. Perkembangan yang demikian itu berlaku bagi baik perkembangan pemikiran perorangan, maupun bagi perkembangan pemikiran seluruh umat manusia.

  1. Pada zaman atau tahap teologis orang mengarahkan rognya kepda hakekat “batiniah” segala sesuatu, kepada “sebab pertama” dan “tujuan terakhir “ segala sesuatu. Jadi orang masih percaya kepada kemungkinan adanya pengetahuan atau penegenalan mutlak. Oleh karena itu orang berusaha memilikinya. Orang yakin, bahwa dibelaknag tiap kejadian tersirat suatu pertanyaan kehendak secara khusus. Pada taraf pemikiran ini terdapat lagi tiga tahap, yaitu: i) tahap paling bersahaja atau primitif, ketika orang menganggap bahwa segala benda berjiwa (animisme), ii) tahap ketika orang menurunkan kelompok kelompok hal hal tertentu seluruhnya msing masing diturunkannya dari suatu kekuatan adikodrati, yang melatarbelakang, sedemikian rupa , sehingga tiap kawasan gejala gejala memiliki dewa dewanya sendiri sendiri (politeisme).  iii) tahap yang tertinggi keyika orang mengganti dewa yang bermacam macam itu dengan satu tokoh tertinggi, yaitu monotheisme.
  2. Zaaman yang kedua, yaitu zaman metafisika, sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari zaman teologis. Sebab kekuatan kekuatan yang adikodrati atau dewa dewa hanya diganti dengan kekuatan kekuatan abstrak, dengan pengertian pengertian, atau dengan pengada ngada lahiriyah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut alam, dan diapandang sebagai asal segala penampakan atau gejala gejala yang khusus.
  3. Zaman positif adalah zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengenalan teologis, maupun pengenalan metafisis. Ia tidak lagi mau melacak asal dan tujuan terakhir seluruh seluruh alam semesta ini, atau melacak hakekat yang sejatai dari segala sesuatu yang berada dibelakang segala sesuatu. Sekarang orang berusaha menemukan hukum hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta fakta yang telah dikenal atau yang disajikan kepadanya, yaitu dengan pengamatan dan dengan memakai akalnya. Pada zaman ini pengertian “menerangkan” berarti : fakta fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta yang umum. Tujuan tertinggi dari zaman ini akan tercapai, bilamana segala gejala telah dapat disusun dan diatur dibawah satu fakta yang umum saja(umpamanya:gaya berat)

Seperti yang telah dikemukakan diatas, hukum dalam 3 zaman atau 3 tahap ini bukan hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi setiap orang sendiri sendir. Umpamanya: sebagai kanak kanak orang adalah teolog, sebagai pemuda ia adlah metafisikus dan sebagai dewasa ia adalah seorang fisikus.

Disamping itu hukum dalam 3 zaman juga berlaku dibidang ilmu pengetahuan sendiri. Segala ilmu penegtahuan semula dikuasai oleh pengertian pengertian teologis, sesudah itu dikeruhkan oleh pemikiran metafisik, dan akhirnya tiba zaman hukum hukum positif yang cerah.

Mengenai ilmu pengetahuan diajarkan demikian, bahwa pengaturan ilmu pengetahuan yang berarti harus disesuaikan dengan embagian kawasan gejala gejal atau penampakan penampakan yang dipelajari ilmu itu.

Segala gejala yang dapat diamati hanya dapat dikelompokkann dalam beberapa pengertian dasar saja. Pengelompokan itu dapat dilakukan sedemikain rupa, sehingga penelitian tiap kelompok dapat menjadi dasar bagi penelitian kelompok berikutnya. Urutan kelompok kelompok itu ditentukan oleh tingkatan sifat tunggal atau tingkatan sifat umumnya. Gejala yang sifatnya umum adalah gejala yang paling sederhana, karena gejala inilah yang paling tidak memiliki kekhususan hal hal individual.

Comte membagibagikan segala gejal pertama tama dalam gejala gejala yang terdapat dalam segala anorgonis, dan baru kemudian gejala gejala yang terdapat dalam segala yang organis. Segala gejala yang organis baru dapat dipelajari, jikalau segala  anorganis telah dikenal. Hal ini disebabakan karena didalam makhluk hidup terdapat gejala proses mekanis dan kimiawi dari alam yang anorganis itu dan juga terdapat hal hal lain, yang lebih daripada itu.

Ajaran tantang segala sesuatu yang anorganis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu astronomi yang mempelajari segala gejala gejala umum dari jagat raya, dan fisika serta kimia, yang mempelajari segala gejala gejal yang anorganis di bumi. Pengetahuan tentang fisika harus didahulukan, sebab proses proses kimiawi lebih rumit diabanding dengan proses alamiah dan tergantung daripada proses alamiah.

Ajaran tentang segala yang organis juga dibagi menjadi dua bagian , yaitu proses yang berlangsung pada individu individudan proses yang berlangsung dalam jenisnya, yang lebih rumit. Oleh karena itu ilmu yang harus diusahakan disini adalah biologi, yang meneylidiki proses-proses dalam individu kemudian menyusul ilmu sosiologi, yang meneyelidiki gejala gejala dalam hidup kemasyarakatan. ( ilmu ini pertama kali disusun oleh Comte. Juga sebuatan sosiologi adalah ciptaannya. Demikian sosiologi menjadi puncak bangunan ilmu pengetahuan. Akan tetapi ilmu ini baru dapat berkembang jikalu segala ilmu yang mendahuluinya telah mencapai kedewasaan.

Timbullah pertanyaan, bagaimana kedudukan ilmu pasti dan psikologi?

Menurut Comte ilmu pasti adalah dasar segala filsafat. Dalam hal ini ia setuju dengan Descartes dan Newton . hal ini disebabkan karena ilmu pasti memiliki dalail dalil yang bersifat umum, yang paling sederhana dan paling abstrak. Oleh karena itu juga ilmu yang paling bebas.

Psikologi tidak diberi tempat dalam sistem Comte. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, manusia tidak menyelidiki dirinya sendiri. Barangkali orang masih dapat menyelidiki nafsu nafsunya karena nafsu tidak berada didalam pikiran.

Berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut diatas maka deretan ilmu pengetahuan adalah demikian: ilmupasti, astronomi, fisika, kimia, biologi dan sosiologi

Dalam segala bidang ilmu pengetahuan , kecualai sosiologi , comte dapat bersandar kepada kemajuan kemajuan yang luar biasa sejak dimulainya zaman positif. Sosiologi memang masih harus diciptakan. Itulah sebabnya maka segala uraiannya dipusatkan kepada sosiologi.

Ajaran Comte tentang masyarakat sekaligus mewujudkan sesuatu filsafat tentang sejarah. Perhatikan bahwa ajaran Comte tentang 3 Zaman itu secara formal sejenis dialektika Hegel. Sam seperti Hegel Comte memeriksa banyak sekali fakta fakta sejarah serta menggabungkannya menjadi suatu sistem. Kedalam filsafat sejarah itu dimasukkan perkembnagn kenengaraan , kehakiman, dan kemasyarakatan juga perkembangan kesenian, agama, ilmu dan filsafat. Disinilah Cote melebihi Hegel. Dimana mana ditemukan hukum tentang tiga tahap. Tiap tahap sesuai dengan suatu bentuk masyarakat tertentu. Umpamanya: pada zaman teologi di bidang sosial terdat kepercayaan kepada hukum ilahi, sedang dibidang pemerintahan terdapat bentuk feodalisme.

Jasa Comte terletak disini, bahwa ialah yang menciptakan ilmu sosiologi dan penguraian sejarah Prancis. Dibidang Filsafat pengaruhnya yang terbesar terdapat di Inggris.

Seluruh keadaan di Inggris , baik yang mengenai watak maupun yang mengenai cara berpikir orang Inggris, seolah olah mewujudkan persiapan yang baik baik penaburan filsafat Comte. Jalan pemikiran orang Inggris sejak akhir abad pertengahan hingga Hume dikuasai oleh empirime, dan orang Iggris memang tidak suka akan pemikiran yang metafisis. Seluruh perhatiannya dicurahkan kepada hal hal nyata, yang dihadapi sehari hari.

Selain daripada hal hal yang tersebut diatas, pada abad ke 19 Inggris memang mengalami zaman tenang. Revolusi kemasyarakatan telah dibelakanginya, sehingga waktu itu tiada ketegangan politik seperti yang ada didaratan Eropa. Di Inggris terdapat kesinambungan atau kontinuitas dalam pemikiran abda ke 18 dan ke 19. Dengan demikian pemikiran Comte mendapat tanah subur di Inggris.

August Comte seorang Prancis merupakan bapak Sosiologi yang pertama tama memberi nama pada ilmu tersebut atau ( yaitu dari kata Socius dan Logos ). Walaupun dia tidak menguraikan secara rinci masalah masalah apa yang menjadi objek sosiologi tetapi dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu Sosial Statistic dan Social Dinamic. Konsepsi tersebut merupakan pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok sekali. Sebagai Social statistic sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga lemabga kemasyarakatan. Sedangkan Social Dinamic meneropong bagaimana lembaga lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembngan sepanjang masa. Perkembngan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai dengan tahap tahap perkembangan fikiran manusia yaitu:

  1. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada diatas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala gejala.
    1. Tahap Matafisis pada tahap ini mnusia masih percaya bahwa gejala gejala di dunia ini disebabkan oleh kekuatan kekuatan yang berada diatas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala gejala tersebut.
    1. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.

Menuurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta fakta objektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian penelitian perbandingan antara berbagai masyarakat yang berlainan.

  • John Stuart Mill  (1806-1873) mencoba memeberikan sesuatu dasar psikologi dn logis kepada Positivisme.

Menurut Mill, psikologi adalah suatu ilmun penegtahuan dasar yang menjadai asas bagi filsafat. Didalam ini pandangannya berbeda dengan pandangan Comte. Tugas psikologi ialah menyeklidiki apa yang disajikan oleh kesadaran, artinya : penginderaan kita dan hubungan hubungannya.

 Adapun tugas logika adalah memebedakan hubungan gagasan gagasan yang tetapn dan yang menurut hukum.

Satu satunya sumber bagi segala pengenalan adalah pengalaman. Oleh karena itu induksi mewujudkan satu satunya jalan yang dapat dipercaya, yang menuju kepada pengenalan.

Mill membedakan antara ilmu pengetahuan rohani adaldah psikologi, ajaran tentang kesusilaaan (etologi) dan sosiologi. Ilmu sejarah termasuk ilmu pengetahuan alam, artinya Mill bermaksud meningkatkan ilmu sejarah menjadi ilmu eksakta.

Didalam ilmu etika (ilmu kesusilaan) Mill menuju kepada hubungan timbal balik antar individu (perorangan) dan masyarakat atas dasar utilitarisme. Ia berpangkal pada pertimbangan pertimbangan psikologis. Maksud tujuan manusia ialah memperoleh kesenangan. Yang dianggap hal yang berharga ialah hal hal yang membangkitkan nafsu. Atau lebih tepat dikatakan, bahwa yang ingin dicapai orang bukan bendanya sendiri, melainkan kebahagiaan yang ditimbulkan oelh benda benda  atau sesuatu itu sendiri. Benda tertentu memang membengkitakan pada manusia perasaan bahagaia  semacam itu. Hal itu menyebabkan manusia mengira , bahwa benda benda itulah yang berharga dan bahwa harga atau nilai itu mewujudkan sifat benda tadi. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Anggapan itu disebabkan oleh asosiasi atau hubungan gagasan yang satu dengan yang lain. J.S mill juga enting artinya bagi soiologi dan ekonomi nasional.

  •  Herbert Spencer (1820-1903)

Orang yang pengaruhnya jauh lebih beasr daripada Mill adalah Herbert Spencer. Ia dilahirkan di Derby dan menjadi filsufn yang paling berpengaruh dalam abad ke 19. Karya hidupnya diselesaiakna dalam 10 jilid yaitu A System of Synhtetik Philosophy, atau “ Suatu Sistem Filsafat Sintesis” (1862- 1896). Buku ini segera mendapat sukses yang besar dan diterjemahkan kedalam bahasa bahasa lain.

Didalam bagian pertama bukunya itu ia memberikan suatu pembimbing kedalam positifisme, seerti yang dilakukan oleh Comte. Menurut dia, keterangan tentang dunia, baik yang bersifat religius maupun yang bersifat metafisis, keduanya menimbulkan  hal hal secara batiniah saling bertentangan. Keduanya ingin memberi penjelasan tentang asal mula segala sesuatu. Padahal manusia tidak dapat mengetahui hal itu. Oleh karena itu kita harus mengesampingkan saja. : “hal yang tak dapat dikenal” itu (The great Unknowable), dan hanya menyibukkan diri dengan hal hal yang mungkin bagi kita. Kita harus berusaha mengetahui penampakan penampakan atau gejala gejal yang telah kita kenal atau yang disajikan kepada kita.

Tugas filsafat ialah menyatukan secara gejala gejala itu untuknya diperlukan adanya suatu asas pusat yang dinamis. Asa dinamis kenyataan itu adalah “hukum perkembangan” (evolusi). Hukum hukum ini oleh Spencer dirumuskan sebagai berikut: “Perkembangan adalah suatu pengintegrasian dari benda, dimana selama pengintegrasian itu benda benda berpindah dari suatu kebersamaan (homogenitas) yang tertentu, yang yang tanpa gabunga , kedalam suatu keanekaragaman (heterogenitas) tertentu, yang menampakkan hubungan dan dimanan gerak yang menyertainya.juga mengalami perubahan yang sama”. Hal ini berarti , bahwaterjadinya planet dari kabut asaali , pembentukan lautan gunung gunung di bumi , perkembnagan jantung didalam embriyo dan lain sebagainya , bahkan rangkuman pengamatan pengamatan dan peringatan peringatan kedalam pengetahuan dan dan didalam pikiran dan lain sebagainya, bahwa semunaya itu adalah integrasi dari benda, penimbunan bagian bagian yang kecil kecil menjadi kelompok yang besar menjadi golongan golongan dan keseluruhan keseluruhan. Pengintegrasian ini sudah barang tentu membawa serta, bahwa bagian bagian ini berangsur angsur kurang dapat bergerak , sebagaimana tambahannya kekuasaan negara memebatasi kebebasan perorangan. Tetapi bersamaan dengan integrasi tadi menjadikan bagian bagian itu saling menguntungkan memiliki suatu kelompok hubungan yang memberi perlindungan yang menciptakan perhubungan serta memungkinkan kehidupan seluruhnya.

Sosiologi yang dikemukakan Spencer tidak kalah dengan ajaran Comte. Guna menyusun Sosiologinya yang secara sistematis itu ia telah mengumpulkan fakta fakta yang banyak sekali. Ia menyamakan masyarakat dengan organisme. Juga disini berlaku asas perkembangan, bahkan asas ini juga berlaku dibidang rohani (agama)

Menurut hukum integrasi itu, dari kepercayaan yang bersahaja kepada  roh roh tumbuhlah dengan perlahan lahan gagasan gagasan keagamaan, hingga menjadi suatu pengertian tentang Allah yang homogin dan sentral. Akan tetapi agama itu hanya menjadi pusat hidup selama hidup perorangan dan masyarakat lahiriyah tidak menentu dan senantiasa terancam. Masyarakat yang bersahaja itu hakekatnya disusun terarah kepada perang sebab selama para manusia hidup dari perampasan dan penaklukan hidup ditandai oleh perang. Oleh karenanya masyarakat yang bersahaja harus diganti dengan masyarakat yang lebih mencintai perdamaian berindustri, yaitu suatu bentuk negara industri. Dengan demikian akan dihapuskan tiap negara yang bersifat absolutistis, yang menganakemaskan militer, serat mengadakan pemisahan pemisahan sosial dan akan dimulailah kebebasan perorangan dan demokrasi. Perhatian manusia akan membalik dari agama kehidup didunia ini. Menurut Spencer, Inggris telah menjadi pelopor dalam perkembangan ini, sadangkan prancis dan Jerman masih dikuasai militerisme dan absolutisme.

Menurut Spencer, pengertian pengertian kesusilaan dapat berubah. Diantara bangsa bangsa yang bermacam macam dan pada zaman yang  berbeda. Paa zaman negara militer, kebijakan keprajuritanlah yang dihormati, sedang pada zaman negara industri hal itu dianggap hina. Hal ini disebabkan karena kemakmuran yang dialami pada zaman industri itu bukan didasarkan atas perampasan dan penaklukan , melainkan atas kekuatan berproduksi.

Tugas negara dalam suatu negara industri ialah menjamin keadilan. Spencer menjaga hak hak kebebasannya. Ia terlalu menekankan kepada kebebasan perorangan, sehingga tiap undang undang negara yang baru ipandang sebagai pelanggaran terhadap kebebasan perorangan itu. Syarat tertinggi bagi kebahagiaan masyarakat terletak pada usah perorangan untuk mencapai kebahagiaan pribadi didalam batas batas yang ditentukan oleh masyarakat.

Dua hal yang perlu diperhatiakn yaitu:

  1. Sekalipun Spencer menentang sifat dogmatis dari pandangan dunia yang bersifat religius dan metafisis, namun filsafatnya sebenranya juga bersifat dogmatis, dan pada dasarnya juga tidak kritis seperti filsafat yang ditentangnya. Sebab ia menyusun fakta fakta tanpa membiarkan fakta fakta itu sendiri berbicara. Segala fakta disesuaikan dengan skemanya sendiri.
  2. Ajaran Spencer yang mengenai masyarakat didasarkan atas masyarakat Inggris pada waktu itu, yang agak teisolir itu sehingga ia kurang memperhatikan pertentangan pertentanga sosial yang sebenarnya.

Dalam bukunya yang berjudul The Principles of Sociology  Herbert Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Spencer mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama , pengendalian sosial dan industri. Sabagai tambahan disebutkannya asosiasi , masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.

Tidak lupa dia menekankan bahwa sosiologi harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur unsur masyarakat seperti pengaruh norma norma ats kehidupan keluarga, hubungan antara lembag politik dengaan lembaga keagamaan. Unsur unsur masyarakat tadi mempunyai hubungan yang tetap dan harmonis, serta merupakan satu integrasi.

Sebagaiman dengan Comte , Sepncer menganggap penting penelitian ats perkembngan masyarakat dan perbandingan antara masyarakat masyarakat tersebut.

Hasil kayanya yang terkenal :

Social Statistics (1850)

Principles of Psycology (1955)

Principles of Biology (1864 dan 1861)

Principles of Ethics ( 1893)

  • KELEMAHAN DAN KELEBIHAN POSITIVISME

KELEBIHAN

  • Positivisme lahir dari paham empirisme dan rasional, sehingga kadar faham ini jauh lebih tinggi dari kedua paham tersebut.
  • Positivisme telah mendorong lajunya kemajuan disektor fisik dan teknologi
  • Positivisme sangat menekankan aspek rasional-ilmiah, baik pada epistimology ataupun keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai dasar pemikirannya

KELEMAHAN

  • Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistik semua itu dinafikan
  • Hanya berhenti pada sesuatu yang lebih empiris sehingga tidak dapat menemukan penegtahuan yang valid.

Daftar Pustaka

Acmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Press. 2009)

Hadiwiyono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1980)

Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu pengantar, ( Jakarta: PT raja Grafindo Persada. 1999)


[1]  DR Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980) hal 109

[2] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum ( Jakarta:Rajawali Press: 2009) hal 120

Related Post