Review Buku Bukittinggi-Rotterdam Lewat Betawi

Khoirun Nikmah

Penulis             : Moh Hatta

Cetakan           : 2011

Penerbit           : Kompas

Tebal               : 324 Halaman

            Buku yang berjudul Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi, merupakan autobiografi yang ditulis Wakil Presiden Indonesia yang pertama yakni Moh Hatta. Dalam buku yang terbagi dalam 3 jilid, ini merupakan jilid pertama. Hatta menuliskan dalam buku ini  tentang masa kecilnya, sekolahnya, sampai beliau dapat bersekolah di Roterdam. Jarang diketahui orang, bahwa Hatta merupakan keturunan dari ulama besar di Sumatera. Maka tidak mengherankan dari autobiografinya, Hatta adalah orang yang rajin beribadah dan selalu taat kepada agama. Moh Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Berarti Hatta lebih muda dari bung Karno satu tahun. Bung Karno lahir pada 1901.

            Keluarga Hatta dari pihak ibu maupun ayah, adalah keluarga yang terpandang dan bbisa dibilang berkecukupan. Kakek Bung Hatta dari pihak ibu, yang bisa beliau dipanggil Pak Gaek merupakan salah satu orang ternama di Bukittinggi.Pak Gaek adalah orang yang berpengaruhh dalam usaha pos dan banyak dibutuhkan oleh orang Belanda. Pak Gaek atau Kakek Hatta, memiliki alat trasportasi dalam upaya pengangkutan pos menggunakan kuda. Kuda pada masa itu adalah alat transportasi penting dan jarang orang memiliki. Namun Pak Gaek memiliki kuda untuk transpoetasi pengangkutan pos.

            Ayah Hatta bernama Haji Muhammad Djamil. Kakek Hatta dari pihak ayah merupakan ulama besar yakni Syekh Batuhampar. Pada usia 30 tahun, ayah Hatta meninggal. Hatta pada masa itu berusia 8 bulan. Keluarga Hatta sepakat setelah Hatta berhasil menamatkan sekolahnya formal si Bukittinggi, akan diteruskan ke Kairo Mesir, namun Hatta tak pernah pergi ke Mesir seperti yang dicita-citakan keluargannya. Pada masa kecilnya pada pagi Hatta bersekolah di sekolah formal Beladna, sore harinya mengaji di surau. Bersekolah formal pada masa Beladna sangat jarang dilakukan oleh orang pribumi. Kebanyakan anak-anak Bumiputera mendapatkan pendidikan di surau saja.

            Pada umur 6 tahun, Hatta telah pandai membaca. Kemudian Hatta bersekolah di kelas I, karena telah pandai membaca dan menuli , 6 bulan kemudian naik kelas II. Sekolah ini merupakan sekolah rakyat. Di kelas II, Hatta satu kelas dengan kakak perempuannya Rafiah. Di kelas II ada yang umurnya 16 tahun, empat atau lima orang berumur dibawah 10 tahun. Hatta hanya dua tahun di sekolah rakyat, sampai pertengahan kelas III. Sesudah itu belaiu dipindahkan ke sekolah Belanda dan diterima di kelas II. Pada 1913 Hatta pindah sekolah ke Padang. Di padang Hatta diterima dikelas V. Sekolah di Padang sedikit sekali bangsa bumiputera, 6-7 orang. Di padang Hatta hanya sekolah pada pagi hari saja. Pendidikan di Padang ditempuh Hatta selama 4 tahun.

            pada tahun 1916 Hatta lulus dalam ujian masuk HBS (setara SMA). HBS adalah sekolah menengah Belanda lima tahun. Namun sang ibu menyarankan Hatta meneruskan sekolah ke Mulo saja. Setelah duduk di MULO, Hatta aktif dalam kegiatan sepakbola, dan menjadi pengurus suatu klub sepakbola di Padang. selain itu Hatta juga aktif dalam organisasi Jong Sumatrenan Bond (JSB). Dalam kedua organisasi tersebut, Moh Hatta dipercaya sebagai benadahara.  Pada tahun 1919 Hatta lulus ujian dari MULO, dan berencana melanjutkan ke Betawi. Hatta memilih melanjutkan ke Prins Hendrik School (PHS), yakni sekolah dagang, dan diterima klas IV di PHS.

            Di Betawi, Hatta tiggal di rumah pamannya seorang saudagar kaya yang bernama Mak Etek Ayub Rais. Pamannya jugalah yang menanggung biaya sekolah Hatta.  Guru yang mengajar di PHS ataupun HBS adalah guru tamatan universitas atau sekolah tinggi, ataupun memiliki akta menengah setelah lulus HBS. Hatta juga katif di JSB cabang Betawi ketika bersekolah di PHS. Jabatannya tetap menjadai bendahara. Dalam bulan Mei 1921 Hatta lulus dari PHS. Ada 24  murid yang mengikuti ujian bersama dirinya, namun 3 orang gagal dalam ujian.

            Biaya perjalanan Hatta dari Betawi ke Rotterdam dilalui dengan jalur laut naik kapal kelas II dengan biaya f 1.100. Pada tahun 1921 Hatta berangkat dulu ke Sumatera Barat, kemudian dilanjutkan ke Amsterdam. Untuk menyambung kehidupan nanti di Belanda, Hatta mengandalkan hasil karyanya yang dikirim ke Kantor Neratja dengan honor f 5 perkolom. Pada tanggal 3 Agustus 1921 Hatta berangkat dari Teluk Bayur Sumatera menuju Rotterdam.  Perjalan itu mamakan waktu kurang lebih satu bulan. Pada tanggal 5 September 1921 tengah hari, kapal berlabuh di Roterdam. Hatta didijemput oleh Ir Kramer kenalan dari Van Leeuwen di Batavia.

            Hatta belajar di negeri Belanda selama 11 tahun. Kuliahnya diisi dengan belajar, dan aktif dalam organisasi. Selain itu Hatta rajin mengirimkan karyanya ke surat kabar yg ada di Indonesia. Hatta mendaftarkan kuliahnya di Handels Hogeschool. Saat liburan semester Hatta menghabiskan liburannya berkeliling Eropa, salah satunya ke negeri Jerman. Pada tahun itu di Jerman terjadi Inflasi yang sangat tinggi, sehingga nilai tukar uang melemah. Hatta menggunakan kesempatan baik karena nilai tukar Belanda lebih tinggi dari pada Jerman. Hatta banyak membeli buku-buku di Jerman karena nilai tukarnya merosot jika ditukar dengan Golden.

            Pada awal kuliahnya, Hatta tidak mendapat beasiswa. Namun dipertengahan kuliah, Hatta mengajukan beasiswa. Hatta sudah aktif dalam perkumpulan Indische Vereeniging setibanya di Belanda. Dalam organisasi ini, Hatta mulanya menjadi bendahar, setalah beberapa tahun menjadi bendahara, pada tahun 1926 Hatta ditunjuk oleh teman-temannya menjadi Ketua perhimpunan. Hatta juga pernah mewakili organisasinya sebagai peserta kongres pemuda internasional yang menentang kolonialisme. Dalam kongres ini Hatta banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh internasional, salah satunya Nehru yang dikemudian hari menjadi rekan dekatnya. Pada tahun 1927 kegiatan politik Hatta meningkat. Sebagai ketua pergerakan pemuda Indonesia yang mengusung nama Perhimpunan Indonesia, gerak-gerik Hatta dicurigai oleh pemerintah Belanda. Hatta digeledah dan ditangkap, namu beberapa bulan kemudian dibebaskan karena terbukti tak bersalah. Pidato pembelaan Hatta terkenal dengan nama Indonesia Merdeka.

            Pada masa Hatta berada di Belanda, tidak pernah menyinggung berkenalan dengan gadis. Kehidupannya diisi dengan belajar dan giat dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Dilihat dari biografinya tidak terlihat Hatta kekurangan dana atau biaya hidup di Belanda. Hanya pernah dikisahkan bahwa beliau kehabisan uang saat di Bergen. Kunjunganya ke Bergen adalah semata-mata untuk organisasi Perhimpunan Indonesia yang ingin mengetahui masalah kooperasi di berbagai wilayah di Eropa.

Related Post