SANTRI, kata yang sering didengar pada kehidupan sehari-hari di kalangan bangsa Indonesia. Jika ditelusur, kata santri bukanlah dari bahasa arab, namun dari bahsa sansekerta yakni shastri. Shastri adalah orang yang mempelajari kitab sastra dan kitab weda di padepokan pada masa Hindhu klasik. Dalam perkembangannya, agama Islam masuk ke Nusantara, menyebut orang yang belajar di pondok pesantren atau di padepokan disebut sebagai santri. Dan istilah santri masih dipakai sampai sekarang.
Pada tahun 2015, Presiden RI Indonesia Joko Widodo menetapkan pada tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan ini disambut riuh gembeira oleh kalangan ulama, Kyai dan pastinya santri di Nusantara. Namun, mengapa Presiden menetapkan tgl 22 Oktober sebagai Hari Santri, tidak terlepas dari perjungan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 September 1945 di Surabaya telah membangkitkan pergolakan yang revolusioner. Dengan adanya Ultimatum dari Inggris yang ingin Indonesia menyerah, tidak dihiraukan oleh pemerintah Indonesia, pemimpin Indonesia siap bertempur melawan tentara NICA.
Komandan pertahanan kota, Soengkono pada tanggal 9 November pulul 17.00 mengundang semua unsur kekuatan rakyat yang terdiri dari TKR, PRI, BPRI, Tentara pelajar, Polisi Istimewa, BBI, dan PTKR untuk berkumpul di markas Pregolan 4. Soengkono menyatakan bahwa siapa yang ingin meninggalkan kota dipersilahkan. Ternyata semua bertekad untuk mempertahankan Surabaya
Peranan para santri di pondok pesantren sangat besar dalam pertempuran 10 November 1945. Kader NU dan pejuang pejuang NU termasuk golongansantri diterjunkan untuk berperang melawan sekutu bersama sama dengan TKR,BKR. Pada akhir bulan Oktober dan awal bulan November, para pemimpin Nahdatul Ulama dan Masyumi menyatakan bahwa perang mempertahankan negara adalah perang sabil. Para kiai dan murid-muridnya mulai mengalir dari pesantren-pesantren ke Surabaya.
Oleh karena para kiai di pondok pesantren dan para petinggi NU termasuk Hadrotus Syekh Hasyim Asyari yang juga sekaligus pendiri NU telah mengataakan bahwa perang melawan sekutu adalah perang Sabil atau perang di Jalan Allah, dan jika mati akan masuk surga, berbondong bonndong para santri pesantren ikut dalam perang di Surabaya dan masuk dalam tentara pelajar. Para santri yang berasal dari pondok pesantren berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Tanggal 21-22 Oktober 1945 diadakan rapat PBNU dengan dihadiri oleh konsul Jawa Madura.dianta yang hadir yakni KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, KH M. Dachlan, KH Tohir Bakri, KH Saham Manshur, KH Wahid Hasyim, KH Jalil Kudus, KH Iljas, KH Sayifudin Zuhri, KH Abdul Halim Shidiq. KH Hasyim Asyari, Rais Akbar NU, memberikan amanatnya tentang kewajiban setiap muslim baik laki-laki ataupun perempuan untuk berjihad demi kemerdekaan Indonesia. Hasil rapat itu mengeluarkan sebuah keputusan yang dikenal dengan Resolusi Jihad yang isinya:
- Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan.
- Republik Indonesia sebagai satu satunya pemerintahan yang sah wajib dipertahankan
- Musuh RI , terutama Belanda yang datang dengan memebonceng sekutudalam masalah tawananan perang bangsa jepang, tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembalai menjajah Indonesia
- Umat Islam terutama NU wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan kawannnya yang hendak menjajah Indonesia
- Kewajiban tersebut adalah suatu jihad yang menjadi kewajiban setiap muslim (fardu Ain) yang berada dalam jarak radius 94 KM . sementara mereka yang berada diluar jark itu berkewajiban membantu saudara saudaranya yang berada dalam jarak radius 94 km.
Setalah Resolusi Jihad, rakyat Surabaya melakukan aksi yang lebih hebat dan berujung pada terbunuhnya Bigjen AWS Mallaby. Mallaby merupakan pimpinan sekutu yg berasal dari Inggris. Oleh karena perjuangan santri sangat besar dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tidak mengherankan jika Hari Santri patut diperangati setiap tahunnya, dan tanggal 22 Oktober ditetapkan menjadi Hari Santri karena pada tanggal tersebut terbitlah Resolusi Jihat. Esensi dari Hari Santri adalah ditanamkannya dalam hati sanubari santri bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman. Selain itu ditanamkan semangat cinta tanah air atau nasionalisme, santri adalah salah satu bagian yang berjasa besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang mau dirampas kembali oleh Belanda.
Referensi
Marwati Djoened P., Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia (Jilid VI). Jakarta: Balai Pustaka.
M.C Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
Nur Khalik Ridwan. 2010. NU dan Bangsa 1914-2010. Jogjakarta:Ar-Ruz.




