Seperti halnya di tempat tempat lain perkembangan historiografi Asia Selatan selalu berhubungan erat dengan sumber sumber literasi kesusastraan. Karena kesusastraan ini berbeda beda sumber sumbernya, maka berbeda pula penulisan sejarahnya. Namun , sebelum abad ke 20sumber sumber yang terpenting adalah berbagai agama yang selama enam abad memisahkan suatu wilayah dan menyatukan wilayah lainnya.
Historiografi Tradisional Asia Selatan
Agama tertua yang berkitab suci, yang diperkenankan pada komunitas komunitas animis yang masih buta huruf di wilayah ini adalah agama Veda. Mula mula agama ini terbatas di India saja dan menghasilkan tarikh tarikh yang berbentuk Purana. Tradisi purana ini kemudian diperluas dan tarikh tarikh dinasti serta lainnya tersusun pula, namun tetap ditandai dengan ciri ciri sebagai berikut, tidak kenal diumum, dibesar besarkan, kurang data yang otentik dan pengabaian topografi dan kronologi sampai masuknya Islam dalam abad ke 12. Satu satunya kekecualian dalam warisan Hindhu ini adalah karya yang diselesaikan dalam pertengahan abad ke 12 yaitu Rajatanangini (Kronik Khasmir) yang ditulis oleh Kalhana. Kalhana berpendapat bahwa tuntutan utama pada seorang Sejarawan yang bersungguh sungguh adalah adanya kemampuan berpikir secara otonom bebas dari berat sebelah prasangka dan seperti halnya seorang hakim , harus menghilangkan perasaan cinta dan benci sewaktu menyusun peristiwa peristiwa dari masa lampau. Kalhana lebih tertarik pada memebrikan teladan teladan bermoral.
Epic Mahabarata dan Ramayana banyak berpengaruh dan dipakai sebagai sumber dalam suatu tradisi historiografi yang lain. Sekalipun tidak menimbulkan penulisan sejarah, epic epic tersebut banyak mengandung cerita cerita yang bagi sebagian besar penduduk Asia Selatan sama maknanya dengan epic epic Homerus bagi orang orang eropa. Berabad abad lamanya epik epic itu merupakan bentuk yang paling dekat dengan sejarah dan dapat dikatakan telah berperan sebagai sejarah bagi orang orang yang menggunakan cerita cerita itu.
Cerita cerita tersebut dibawa oleh Brahmana yang melakukan Khotbah khotbahnya dengan cara menulis terlebih dahulu. Karangan yang ditulis oleh Brahamana yakni kumpulan karangan tentang cara cara hidup menurut kesusilaan, berbagai hokum, pepatah dan tabu. Buku ini berwujuud Sutra dan sastra (hokum), kemudian tulisan mengenai cerita kepahlawanan, baik yang berbentuk prosa maupun puisi. Cerita cerita ini umumnya bersifat mithe dan keberanian kepahlawanan yang patriotic. Cerita kepahlawanan Mahabarata dan Ramayana pada waktu itu belum mempunyai bentuk yang sudah lengkap seperti sekarang. Meskipun demikian saat itu sudah banyak cerita cerita kepahlawanan yang amat digemari masyarakat Magadha. Sumber sumber kepahlawanan itu misalnya didalam Rig Veda terdapat syair syair kepahlawanan. Sedangkan dalam Artharwara Veda dan buku buku Brahmana terdapat ceria kepahlawanan berupa Mithe.
Tambahan lagi kedua epic epic itu bersama sama dengan dengan cerita cerita Pancatantra dan Jataka dari agama Budha menjadi sumber dari cerita cerita jenaka dan tradisi berkisah untuk penulisan genealogi genealogi Budhis dan kronik ronik di Srilanka. Cerita cerita dan kronik kronik seperti ini berkisah dari bentuk bentuk pemujaan sampai pada bentuk bentuk Hagiografi dan dipakai sebagai alat pendidikan moral dan agama dalam biara biara serta keratin keratin. Beberpa abad kemudian baru kronik kronik ini beralih dari pemaparan perkembangan filsafat Gautama Budha ke pencatatan yang dilakukan secara sadar dari peristiwa politik kontemporer dan peristiwa peristiwa keagamaan. Akhirnya di srilanka dimana tradisi Vamsa (terutama kronik yang dikenal dengan nama Dipavamsa, Mahavamsa dan Culavamsa ) menghasilkan beberapa kronik engan prakarsa pihak kerajaan timbul suatu tradisi penulisan sejarah. Karya karya ini berbentuk tarikh dan kisah jenaka dan terutama ditulis dalam bentuk sajak. Pemakaiannya pun terbatas pada kalangan istana. Tidak ada tradisi penulisan perorangan sebab setiap kronik merupakan kelanjutan dari yang ada sebelumnya dan berisi bahan bahan dari kronik kronik yang ditulis sebelumnya. Keberhasilan suatu kronik kronik lebih banyak itentukan oleh nilai sastranya daripada kecermatan metode sejarah. Apabila suatu komposisi berhasil mencapai nilai yang tinggi , maka kemungkinan besar karya ini akan mendesak karya karya yang ada sebelumnya .
Historiografi India sangat kaya setalah masuknya agam Islam ke India pada akhir abad ke 12. Suatu tradisi penuisan sejarah yang sudah berkembang baik diperkenalkan dan selama enam abad lebih suatu cabang historiografi Islam menguasai asia Selatan. Ciri ciri penulisan Islam ini sama dengan Historiografi Persia, Afrika Barat, dan Afrika Utara. Historigrafi ini tetap terikat pada kepentingan kepentingan kekuasaan ortodoks dan cenderung untuk mengapdi pada Tuhan dan komunitas Islam. Karya karya ini juga ditujukan pada pendidikan moral dan agama melalui kisah kisah nabi, kalif kalif , sultan sultan dan orang orang besar dari kalangan agama maupun kalangan pemerintah. Tambahan lagi, karya karya ini terbatas cerita cerita mengenai kemenangan kemenagan dan kekalahan kekalahan para penguasa di kerajaan Islam dan hampir tidak menyentuh orang orang agama lain di India.
Kendati ada batas batas yang disebut di atas sampai pada abad ini tulisan tulisan yang bercorak Islam itu memberikan suatu gambaran sejarah mengenai India yang tidak terdapat dalam kalangan masyarakat India lainnya. Sebab itulah sekurang kurangnya dua diantara para sejarawan Indo-Islam ini perlu ditonjolkan di sini untuk memeberikan suatu ilustrasi mengenai luas dan jangkauan tradisi tersebut. Yang pertama adalah Ziauddin Barani yang menyelesaikan Tarikh-i-Feroz-Shahi pada 1357. Dalam karya ini, Barani berhasil mencapai suatu kesadaran baru mengenai nilai nilai sejarah. Sejarah tidak saja dapt memperkuat keyakinan beragama ,gagasan gagasan dan penilaian, kesenangan , megajarkan orang bersabar dan membedakan yang baik dan buruk, tetapi sejarah juga merupakan suatu dasar yang tidak dapat diabaikan bagi kebenaran. Sekalipun kesadarannya mengenai kebenaran terbatas pada kerangka Islam, namun kesadaran ini merupakan suatu ramuan yang harus ada dan membedakan karya karya sejarah Islam yang baik dari karya karya lainnya.
Demikian sejarawan Mogul Abd Fazl karyanya mengenai Maharaja Akbar (1551-1605) dianggap sebagai karya terbesar dari Historiografi Indo-Islam. Karya yang berjudul Akbar nameh ini terlepas dari pemujaan pemujaan dan bunga bunga yang konvensioanal itu, tetapi karya ini mewakili sautu langkah maju dlam penelitian arsip. Sampai saat ini ,bagian yang berjudul Ain I Akhiri dianggap sebagai suatu studi ysang tinggi mutunya mengenai pranata pranata politik dan kehidupan suatu kerajaan besar dalam masa masa puncak kekuasaanya.
Sekalipun tulisan Indo-Islam itu terpengaruh oleh konsep konsep sejarah yang berasal dari luar yang non India namun karya karya itu sudah menjadi bagian dari warisan sejarah India ( dan sekarang juga warisan sejarah Pakistan ) dan dapat dianggap sebagai integral dari tradis historiigrafi Asia selatan )
Ciri ciri Historiografi Tradisional
Sering dikatakan bahwa Asia Selatan tidak banyak mengandung keutuhan tema sampasi masuknya peradapan inustri modern selama seratus taun terakhir. Rupa rupanya historiografi tradisional di wilayah ini membenarkan hal tersebut. Selain persamaan dalam hal tidak adanya kronologi dalam karya karya sejarahnya dan kenyataan bahwa demikian banyak kekosongan yang harus diisi dalam sejarah wilayah ini, nampaknya ada perbadaan perbedaan dan persamaan persamaan betuk penulisan tersebut. Ada beberapa tradisi yang mempunyai asal usul sama tetapi kemudian berkembang sebagai sebagai tradisi tradisi tersendiri dsan khas di Sri lanka dan India. Ciri cirri Historiografi Tradisonal asia Selatan yakni
- kuat dalam genealogi,
- lemah dalam kronologi,
- sebagai bahan pengajaran agama,
- bila karya karaya tersebut lebih bersifat sekuler maka Nampak adanya persamaan dalam hal perhatian kingship (konsep mengenai raja)
- Takanan diletakkan pada kontinuitas dan loyalitas yang ortodoks
- Pertimbangan kosmologis dan astologis cenderung untuk meyampingkan keterangan keterangan mengenai sebab akibat dan ide kemajuan
Historigrafi Modern Asia Selatan
Ilmu pengetahuan Barat yang sungguh sungguh di India dimulai dari William James yang membentuk Asiatic Society di Calcutta pada tahun 1784. Kegiatan lembaga ini mengenai penelitian dunia Timur dan lembaga lembaga sejenisnya di Bombay , madras Mysori dan Sri Lanka serta pertumbuhan lembaga lembaga ilmiah di Prancis dan Jerman dan pengadaan kursi kursi kemahaguruan di Eropa dalam abad ke 19 , merupakan landasan bagi perkembangan historiografi modern di Asia Selatan.
Sumbangan sumbangan yang paling penting pada mulanya adalah dalam bidang filologi Sanskrit dan pengeditan teks teks dari agama Veda dan agama Budha, tetapi kemudian penelitian tentang kepurbakalaan India lah yang meletakkan dasar untuk menghadapi bahan bahan dari India kuno yang sebelumnya tidak dapat ditelusuri itu. Periode pra-Islam sangat menarik karena bagi sejarawan periode ini serba tidak pasti –tidak ada kronologi , tidak ada genealogy yang dapat dipercaya, dan tidak ada ketentuan ketentuan yang dapat menjelaskan manusia dengan tepat. Dalam bidang inilah teracatat penemuan penemuan yang paling mengesankan, terutama adalah karya James Tod , Annals and Antiquities of rajasthan (tarikh tarikh dan kepurbakalaan Rajastan) yang diterbitkan antara 1829 sampai 1832, dan penelitian penelitian epigrafi dan numismatic dari James Prinsip yang diterbitkan pada 1858 dengan judul Essaya on Indian Antiquities (Esai esai mengenai kepurbakalaan India). Keberhasialn ini mengakibatkan dibukanya departemen arkeologi dibawah pimpinan Alexander Cunningham pada tahun 1862 , inilah yang pada tahun 1902 menjelama menjadi Indian Archeological Survey ( Dinas Purbakala India) yang terkenal itu dipimpin oleh John Marshall.
Bila dibandingkan dengan karya karya tersebut di atas, sejarawan sejarawan tradisioanal Eropa kurang berhasil. Mill, Elphinstone, dan Smith maupun ahli ahli sejarah India yang berkebangsaan Prancis dan Jerman, tergesa gesa menekankan superioritas pemerintahan Barat atau sangat tidak kritis terhadap bahan bahan Islam dan Non-Islam. Pengaruh pengaruh meraka pada mulanya paling besar di kalangan pembaca Eropa dibandingkan dengan pembaca India. Baru setelah dibukanya universitas universitas model Inggris di Calcutta , Bombay, Madras tahun 1857, dan di tempat tempatlain,, maka pengajaran secara formal memperkenalkan karya karya Eropa pada ilmuwan ilmuwan muda India. Tetapi pada saat itu pula, ketika sarjana ilmu ilmu sejarah Eropa sedang mengalami langkah langkah kemajuan , sarjana sarjana India seperti R.G Bhandarkar mempelajari teknik teknik yang berasal dari masa sebelumnya dengan cara demikian baiknya sehingga sanggup mengkritik sejarawan sejarawan Eropa sendiri.
Baru dalam abad ke 20 historiografi Asia Selatan mulai terpengaruh secara langsung dan kuat oleh metodologi Barat. Paling kurang ada dua caranya. Pertama suatu penghargaan yang lebih mendalam terhadap metode metode ilmiah Barat, terutama setelah penelitian arkeologis yang gemilang mengenai Mohenjo dar dan Harappa. Kedua, adalah pendekatan nasionalistis dan anti imperialistis, yang dalam bentuknya yang paling ekstrem menghasilkan penulisan penulisan sejarah yang buruk dan revisionistis pada satu pihak, dan pihak lain member perangsang bagi historiografi Marxis dan bentuk historiografi radikal.
Dapat dikatakan bahwa historiografi modern adalah diterbitkannya Cambridge History of India (Sejarah India dari Cambridge) yang enam jilid itu antara tahun 1932. Hal ini membangkitkan perhatian yang cukup besar dari pihak orang orang India, malah juga dari mereka yang tidak menyenangi dominasi karya orang Barat di India. Diakui bahwa dalam bidang arkeologi dan numismatic, kumpulan karya yang banyak dihasilkan oleh sarjana sarjana Eropa itu tidak dapat diabaikan. Demikian pula kumpulan dokumen dokumen dan penafsiran penafsiran menganai kegiatan orang orang Inggris. Politik East India Company (Perusahaan India Timur) dan perluasan kekuasaan Inggris di India. Tetapi tidak demikian halnya mengenai karya karya tentang agama dan kebudayaan India, perlawanan India terhadap Inggris dan perubahan perubahan social ekonomi di India sejak awal abad ke 19. Dalam bidang inilah sejarawan generasi baru mulai menentang hasil hasil penelitian orang Eropa. Yang terpenting dari generasi generasi baru ini adalah R.C Majumdar, H.C Raychaudhuri, K.A.A Nilakantasari, dan K.M Panikar. Kebanyakan adalah tamatan jurusan jurusan sejarah dari tingkatan Universitas di Inggris maupun India, dan banyak diantara mereka adalah dosen dosen sejarah yang professional. Mereka melanjutkan tradisi pembentukan lembaga lembaga ilmiah untuk menerbitkan majalah majalah ilmiah dan belajar menghargai perpustakaan yang besar serta koleksi koleksi arsip yang diorganisasi oleh Negara dan pemerintah India.
Setelah kemerdekaan tercapai, penulisan sejarah berkembang terus, terutama sangat aktif adalah lembaga lembaga seperti Archeological Survey (Dinas arkeologi) History Record Commission (Komisi Arsip Sejarah), dan India History Conggres (Konggres Sejarah India). Anatara penerbitan penerbitan majalah dengan standar akademis ada pula yang patut dicatat Indian Historical Quarterly (Kawasan Sejarah India) dan Jurnal of Indian History (Jurnal Sejarah India). Suatu usahas yang penting yaitu sebelas jilid mengenai sejarah dan kebudayaan bangsa India yang diterbitkan oleh Bharatiya Vidya Bharam dengan editor umum R.C Majumdar. Juga penting Indian History Conggres tersebut mengadakan konferensi mengenai sejarah Asia pada tahun 1961 dan pertemuan Internasional dari Internasional Congress of Orientalish (konggres Internasioanl ahli ahli mengenai dunia TImur) yang diadakan di New Delhi pada tahun 1965. Perkembangan perkembangan ini mencerminkan penerimaan metode metode ilmiah yang modern dalam historiografi. Kenyataan yang paling penting di India modern ini bahwa kini cukup banyak tersedia sejarawan yang terlatih untuk mempelajari hampir seluruh periode dan macam persoalan dalam sejarah India. Tambahan lagi, bebrapa sejarawan baru kini mulai menggunakan ilmu ilmu social dalam penelitian mereka. Dalam hal mempertajam metodologinya banyak yang beralih pada disiplin disiplin ilmiah yang dikembangkan di Amerika Serikat.
Di Pakistan perkembangan historiografi sejak tahun 1947 kurang menonjol. Pemisahannya dari India menyebabkan Negara baru ini kurang fasilitas fasilitas penelitian yang maju dan perpustakaan perpustakaan serta koleksi koleksi arsip yang terbaik di wilayah ini. Para Sejarawan terpaksa bekerja dalam keadaan yang serba kurang. Mereka mulai menghidupkan kembali historiografi Islam. Sejarawan Pakistan yakni A.Yusuf Ali, Shafaat Ahmad Khan dan I.H Qureshi. Di Srilanka perkembangan historiografi modern agak lambat, tetapi standar standar tinggi seperti yang dapat disaksikan dalam penerbitan penerbitan dari Ceylon Branch of the Royal Asiatic Society Journal of Historical and Social Studies (Jurnal Sri Lanka untuk Studi Sejarah dan Sosial) yang baru dibentuk itu. Kenyataan yang menarik yang harus dicatat adalah bahwa sebagian beasar karya karya sejarah yang berarti di Asia selatan ditulis dalam bahasa Inggris. Memang sejak awal abad ke 20 ada karya karya penting yang diterbitkan dalam bahasa Urdu dan bahasa Hindi tatapi sampai kini tidak dikenal secara luas si luar sekolah sekolah dan uniersitas universitas. Semuanya mempunyai pengaruh sejarah modern
Ciri Ciri Historiografi Modern
Historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan nasionalisme dan mungkin saja ditujukan pada kepentingan kepentingan nasional.
Referensi
Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi Arah dan Perspektif. Jakarta: PT Gramedia , 1985
Y.Achdiati.S , Sejarah Peradapan Manusia Zaman India Kuno, Jakarta: Multiguna, 1988



