Menyisir Pantai Utara  (Pasang Surut Usaha Perikanan Laut: Tinjauan Sosial Ekonomi  Kenelayanan Di Jawa Dan Madura, 1850-1940

Khoirun Nikmah

Review Buku Menyisir Pantai Utara  (Pasang Surut Usaha Perikanan Laut: Tinjauan Sosial Ekonomi  Kenelayanan Di Jawa Dan Madura, 1850-1940

Penulis             : Masyuri

Penerbit           :Yayasan pustaka utama

Jumlah hal       : 393 hlm

Tahun              : 1996

Buku merupakan desertasi dengan judul “Pasang Surut Usaha Perikanan laut: tinjauan social-ekonomi kenelayanan di Jawa dan Madura, 1950-1940. Usaha penagkapan ikan di pantai Utara Pulau Jawa dan Madura tidak hanya diakukan oleh nelayan jawa dan Madura tetapi ada nelayan Makassar dan Bugis. Sejak pertengahan tahun 1920an, nelayan nelayan asing juga menonjol di sektor penangkapan ikan di perairan laut Jawa, khususnya nelayan belanda dan Jepang. Nelayan penuh melakukan penangkapan ikan setiap saat sepanjang tahun, siang malam bila keadaan laut memungkinkan. Sementara nelayan sampingan melakukan penangkapan ikan pada saat tertentu yang senggang, seperti setelah panen bagi nelayan yang bermata pencaharian utamanya sebagai petani.

            Makin kaya perairan dengan plankton maka makin kaya pula sumber daya ikan, populasi Palnkton di perairan pulau Jawa karena melimpahnya bahan makanan d air.laut Jawa mempunyai cirri cirri akumulasi dari factor factor yang menguntungkan untuk usaha penangkapan ikan, airnya tenang dan berpantai landai, laut Jawa cukup dangkal . hanya saja di pantai Selatan awa usaha usaha perikanan jarang berkembang, karena pantai yang curam dan berkarang , ombak yang membahayakan yang terjai sepanjang tahun

Daerah daerah yang kaya ikan di lingkungan perairan pantai Utara Jawa antara lain teluk teluk di selat Sunda dan di sekitar pulau pulau di selat ini, perairan pantai Jakarta, Pulau Seribu, Cirebon, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Juana, Jepara,Rembang, Sidayu, Gresik, laut antara pulau Bawean dan Pantai Utara Madura, Perairan di kepulauan Madura. Perairan laut Jawa terdapat sekitar 500-1500 spesies ikan dan 250 jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi Jenis ikan yang terpenting yakni ikan lemuru, kembung, tengiri, layang dan teri. Pada waktu ikan layang bermigrasi ke Laut Jawa inilah di kenal oleh nelayan setempat sebagai musim menangkap ikan (musim panen iwak)

Nelayan pada mulanya menggunakan alat aat tangkap yang dibuat secara tradisional dengan memanfaatkan bahan bahan local seperti bamboo, rotan, kayu serat tumbuhan. Jarring ikan terbuat dari rami, kadang kadang dari katun. Berdasarkan teknik pembuatannya, perahu nelayan di pantai utara Jawa ibagi menjadi dua tipe yakni tipe Jukung (berukuran kecil yang dibuat dari pohon, digunakan untuk penangkapan ikan dekat pantai) dan perahu mayang yakni tipe perahu yang berbentuk besar (haluan dan buritan yang melengkung ataupun tidak, digunakan untuk penangkapan  ikan lepas pantai). Perahu jukung dioperasikan tidak lebih dari 4 orang nelayan sedangkan perahu mayang dioper asikan 8-30 nelayan. Antara perahu di pantai utara Jawa terdapat  kesamaan disebabkan oleh factor sungai sungai yang bermuara ke laut. Budaya mboro (JAwa) atau nagandon (Madura) yakni kebiasaaan bermigrasi musiman untuk melakukan penangkapan ikann ke tempat tempat yang jauhdari tempat tinggalnya memungkinkan terjadinya interaksi antar nelayan , dan adaptasi teknologi. Di pantai utara Jawa penangkapan ikan layang menggunakan perahu mayang dan jarring Payang. Menurut etimologi Jawa kata Mayang dan payang merupakan  bentukan dari kata Layang.Ikan layang lebih suka hidup di Jawa bagian timur sehingga panen ikan layang berlangsung 4 bulan penuh. Sebelum tahun 1900 usaha penangkapan ikan di pantai Utara Jawa  dilakukan dengan jarring Payang. Di Jawa Timur lebih dominan penangkapan ikan lepas pantai sedangkan di jawa Barat lebih dominan yang dekat pantai.

Industry pengalengan ikan baru ada pada tahun 1930 an dan dilakukan oleh industri penangkapan ikan neayan asing. Garam sangat dibutuhkan terhadap aktifitas usaha penangkapan ikan rakyat. Pengawetan ikan yang dilakukan oleh nelayan Indonesia adalah pengasinan yakni pengolahan ikan untuk menghasilkan ikan asin atau ikan pedo,, pemindangan (ikan pindang), pengeringan (ikan gereh)dan pengasapan (ikan asap) selain itu pengasapan dan pengolahan ikan menjadi trasi. Pengasinan ikan merupakan proses yang mudah dilakukan

Pada tahun 1850-1870 usaha penangkapan ikan di Jawa dan Madura mamapu memenuhi kebutuhan sendiri. Masa Majapahit sekitar abas ke 14 usaha perikanan adalah usaha yang penting. Yang tercantum dalam kitab Koetara Manawa.  Akhir abad ke 18 telah ada perdagangan ekspor impor ikan asin dan kering di pelabuhan pelabuhan penting di Jawa dan Madura. Pada tahun 1850 terdapat dua jenis modal usaha yang paling menonjol dalam sektor penangkapan ikan, yakni modal patungan dan modal pinjaman. Modal patungan adalah modal yang diperoleh dengan cara kerja sama di antara para nelayan. Sedangkan modal pinjaman adalah usaha yang berasal dari orang orang kaya Cina. Dalam sistem patungan hasil penangkapan ikan biasanya dibagi menjadi beberapa bagian yang terlibat: untuk pemilik jarring, pemilik perahu, juragan, pandega(anak buah perahu) dan sebagainya.

Kebijakan system sewa yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda menyebabkan penumpukan modal dan kelompok pachter semakin kaya dan banyak pengaruhnya. Sektor penangkapan ikan kurang diperhatikan oleh pemerintah kolonial sehingga dimanfaatkan oleh pihak swasta untuk menanamkan modalnya. Peranan kelompok pachter sektor penangkapan ikan sangat dominan. Mereka adalah orang orang yang mendapatkan hak melakukan penarikan pajak atas usaha penagkapan ikan, atas penjualan ikan di tempat tempat penjualan ikan dan mendapatkan hak pemebelian garam dari pemerintah dengan harga murah. Usaha penangkapan ikan di Jawa dan Madura bersifat sentralistis. Kehidupan nelayan cukup stabil, pendapatan meraka lebih tinggi dari pada petani.

Hubungan anatara nelayan dengan  pachter menciptakan organisasi kerja pada tahun 1870an. Aktifitas penangkapan ikan terus meningkat seiring bertambahnya perahu yang berkapasitas besar. Keterkaitan sektor penangkapan ikan dalam system sewa mendorong tumbuhnya perekonomian.

Ketika komersialisasi pertanian dan industri perkebunan semakin meningkat, terjadi kemerosotan pada sektor penangkapan ikan. Karena sektor penangkapan ikan kurang menjanjikan.  Modal yang paling dominan adalah modal yang berasal dari pachter yakni pemegang hak sewa atas sektor penangkapan ikan. Pachter dan nelayan terdapat hubungan yang saling membutuhkan. struktur usaha penangkapan ikan ini mengalami perubahan total setelah pemerintah menghapus system sewa dari sektor penangkapan ikan. Sektor penangkapan ikan menjadi terisolasi. Hiangnya peran pachter memunculkan kelompok penyedia modal baru yakni kelompok pelepas uang. Mereka menanamkan modalanya dalam bentuk uangkhusus kepada juragan. Mereka tidak bertanggung jawab akan kerusakan perahu. Hubungan antara pemeberi modal dengan juragan penerima modala mengandung unsur unsur pemerasan.

Pada tahun tahun ini jumlah perahu nelayan tidak meningkatbahkan berkurang dank arena terbatasnya modal penangkapan ikan lepas pantai menjadi ke dekat pantai. Usaha pengasinan ikan runtuh akibat mahalnya garam. Perdagangan ikan segra tidak dapat menjangkau daerah daerah pedalaman sehingga usaha penangkapan ikan mengalami kemerosotan. Sehingga pada abad ke 19 Jawa melakukan impor ikan asin. Karena seamkin meningkatnya permintaan ikan asin, Bagansiapiapi muncul sebagai pusat penangkapan ikan.

Perubahan ekonomi dan social menyebabkan terjadi perubahan perubahan di sektor penangkapan ikan. Meningkatnya kehidupan social ekonomi menyebabkan dan kemajuan pendidikan menyadarkan kemajuan dan perbaikan nasib rakyat. Gerakan perkoperasian mulai muncul sejak lahirnya Boedi Oetomo dan Serikat Islam. Tampilnya Bank menjadi salah satu sumber modal nelayan. Munculnya koperasi dan bank menyebabkan perubahan pola untuk sektor penangkapan ikan. Perkembangan penting yang terjadi adalah tumbuhnya perdagangan bebas, terbuka dan penuh dengan persaingan. Pelelangan ikan difungsikan selain untuk pelelangan ikan juga sebagai tempat penyaluran kredit. Usaha penangkpan ikan semakin sulit karena munculnya persaingan dengan nelayan asing, penyaluran garam subsidi hanya dilakukan di pusat pusat pengasinan ikan sehingga nelayan harus menanggung biaya pengangkutan ikan ke pusat pusat pengasinan ikan.

Pada tahun tahun ini penangkapan ikan di jawa dan Madura ditak banyak mengalami pertumbuhan. Penangkapan ikan lebih bnyak ke dekat pantai dan perahu nelayan untuk menangkapan ikan dekat pantai semakin meningkat dan jumlah nelayan semakin berkurang. Persaingan dengan nelayan asing sangat menonjol. Mundurnya sektor penangkapan ikan bisa disimpukan karena bergesernya penangkapan ke dekat pantai.

Relevansi isi buku dengan proposal tesis

Buku ini berisi tentang kehidupan social ekonomi masyarakat nelayan pantai Utara dan kegiatan dalam usaha penangkapan ikan, hal ini ada kaitannya dengan proposal tesis saya dengan judul “Perkembangan Pelabuhan Prigi dan dampaknya bagi kehidupan nelayan di kabupaten Trenggalek: 1978-2004” . Dalam kehidupan nelayan di Prigi Kabuaten Trenggalek nelayan juga kesulitan dalam memperoleh modal. Meski batasan temporalnya dalam buku ini jauh dengan proposal tesis yang akan ditulis yakni pada masa kolonial, tetapi setidaknya dari buku Masyuri, mendapatkan gambaran bagaimana kondisi kehidupan nelayan. Dari penyebab penyebab yang dipaparkan mempunyai kemiripin sebab mengenai kesulitan nelayan tentang mendapatkan modal, pengawetan ikan, sarana menangkap ikan dengan perahu. Sektor perikanan di Indonesia menduduki tempat yang penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan masyarakat, khususnya masyarakat pantai, hanya saja pemanfaatan dalam sektor ini masih belum maksimal.   

Masalah industry sektor penangkapan ikan merupakan masalah yang komplek. Usaha penangkapan ikan di Jawa , hubungan antara pemilik perahu dan pekerja dalam perahu tidak hanya masalah hubungan antara pemberi kerja dan penerima kerja, tetaapi juga mencakup norma norma cultural yang mempengarui pembagian pendapatan  dan akses untuk pekerjaan. Usaha penagkapan ikan rakyat di Jawa dilakukan dengan berbagai cara yang setiap daerah sering mempunyai kekhususan tertentu, meskipun terdapat kesamaan di berbagai daerah.

Buku Masyuri juga menjelaskan tentang jenis jenis ikan yang berada di laut Jawa yang mempunyai sumber daya ikan yang khas. Begitu pula Pantai Selatan dengan Samudra Hindia nya juga mempunyai sumber daya ikan yang khas. Suatu pelabuhan perikanan pasti sebagai pintu gerbang masuknya perahu perahu nelayan. Dari karya Masyuri dijelaskan macam macam perahu yang ada di Indoensia baik d pantai utara ataupun pantai Selatan Jawa

Related Post